Advokatnews, Bekasi – Masyarakat Betawi identik dengan kemahirannya bermain silat. Tak heran, hingga saat ini masih banyak perguruan-perguruan silat Betawi yang berupaya melestarikan warisan leluhur yang sangat bernilai ini. Seperti Perguruan Silat Singa Betawi, didirikan oleh Kong Hasyim dan beliau juga merupakan seorang Ustad, Perguruan ini didirikan bertujuan untuk melestarikan budaya Silat betawi dan juga menjalin tali silaturahmi.
Pencak silat dapat dianggap sebagai olahraga dapat pula dianggap sebagai seni beladiri. Pencak silat sendiri memenuhi unsur untuk dimasukkan ke dalam kategori olahraga dan beladiri.
Perguruan Silat Singa Betawi ini didirikan 6 bulan yang lalu, berlokasi didaerah Kampung Nangka RT01 RW03 Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara. seperti yang di ungkapkan bang Latip dari Perguruan Singa Betawi, Kamis (16/1/2020).
Asal mula didirikan perguruan Silat Singa Betawi berawal dari sejarah seorang pendekar wanita marunda yang di kenal dengan sebutan “Singa Betina dari Marunda”.
Ketika terjadi revolusi (perang kemerdekaan) melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang datang ke Indonesia setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 dengan mendompleng sekutu (Inggris), rakyat Marunda banyak menjadi korban dalam mempertahankan kemerdekaan.
Mirah, serta kawan-kawan wanitanya, ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Keberaniannya untuk mengusir penjajah inilah yang menyebabkan dia diberi gelar Singa Betina dari Marunda.
Dari Sejarah inilah Kong Hasyim tergerak hatinya untuk mengembangkan seni budaya betawi mendirikan Perguruan Silat Singa Betawi dengan berbekal dari ilmu silat yang beliau pelajari di Marunda waktu dulu.
Kong Hasyim juga mengatakan kepada wartawan Advokatnews bahwa beliau mendirikan Perguruan Singa Betawi ini mendapatkan petunjuk dari mimpi, sampai guru-guru pembimbing dari Perguruan Singa Betawi ini juga beliau pilih berdasarkan petunjuk dari mimpi, yang sebelumnya belum pernah belajar dengan beliau, diantaranya ada Guru Beni dan Guru Ibnu dipilih oleh kong Hasyim berdasarkan petunjuk dari mimpi.
Seorang jago, menurut Kong Hasyim, adalah seorang yang bijak dan mau membantu orang yang sedang kesusahan, serta menolong orang yang lemah. Seorang yang disebut jago akan segera bertindak untuk mendamaikan orang atau kelompok yang sedang ribut/berkelahi, sekaligus memberi nasihat yang baik. Dia pun tidak mau membuat kesalahan, seperti menyinggung perasaan orang lain, memaki, memukul, apalagi sampai melukai dan membunuh kecuali “Lu Jual Gw Beli” ungkap Kong Hasyim.
Seorang jago mempunyai falsafah “hidup dan mati seorang manusia tergantung bagaimana amal perbuatannya”. Karena falsafah hidup yang Islami itulah maka hubungan mualim (guru agama) dengan jagoan tidak konfrontatif, bahkan ada hubungan fungsional antara keduanya.
Kong Hasyim mengatakan yang paling penting harus dikuasai di Perguruan Silat Singa Betawi ini hanya 9 kalimat yang harus selalu di ingat dan berlaku untuk semuanya baik murid maupun guru harus menjiwainya, 9 kalimat itu adalah 4 untuk didunia dan 5 untuk diakhirat.
4 untuk didunia yaitu : 1. Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. 2. Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 3. Tabligh artinya Menyampaikan. Harus Menyampaikan dengan sebenar-benarnya. 4. Fathonah artinya Cerdik. Pintar tidak kena di pancing dan di adu domba.
5 di akhirat adalah: 1. Man Rabbuka ? Siapa Tuhanmu? Allah Rabbi, Allah Tuhanku, 2. Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu? Muhammadun Nabiyyi, Muhammad Nabiku, 3.Ma Dinuka? Apa Agamamu? Al-Islamu Dini, Islam Agamaku, 4. Man Imamuka? Siapa Imammu? Al-Qur’an Imani, Al-Qur’an Imamku 5. Man Ikhwanuka? Siapa Saudaramu? Al-muslimun Wal Muslimat Ikhwani, Muslimin dan Muslimah Saudaraku.
Dari semua yang sudah di ceritakan Kong Hasyim terkait asal mula dan tujuan berdirinya Perguruan ini, Perguruan Silat Singa Betawi juga kedepannya akan membuat Palang Pintu dan Hadroh.
Palang Pintu merupakan tradisi yang menjadi bagian dari upacara pernikahan masyarakat Betawi. Palang pintu menggabungkan seni beladiri dengan seni sastra pantun. Tradisi palang pintu menyimbolkan ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk meminang pihak perempuan.
Hadroh adalah kesenian rebana yang mengakar pada kebudayaan islam yang sering disebut sebagai kegiatan syiar lewat syair yang nantinya bisa di padukan dengan Palang Pintu.
Kong Hasyim berharap dengan adanya pemberitaan terkait perguruan silatnya, bisa mengangkat nama Perguruan Silat Singa Betawi lebih besar lagi dan diketahui masyarakat luas.
Juga bisa menjalin persaudaraan dan tali silaturahmi dengan perguruan-perguruan silat Betawi dan Perguruan-perguruan silat lainnya di Indonesia. (Red.Pul)