Advokatnews – Para penderita diabetes yang menjalankan ibadah puasa selama Ramadan perlu memperhatikan hal-hal khusus. Ini karena diabetes termasuk salah satu penyakit yang berkaitan dengan masalah metabolisme.
Sementara saat berpuasa, orang akan memindahkan waktu makan dan bertahan tanpa asupan selama belasan jam. Boleh jadi ini berpengaruh bagi para penderita diabetes–yang bermasalah dengan metabolisme.
Menurut ahli gizi, dokter Juwalita Surapsari, dalam kondisi normal tubuh akan menggunakan nutrisi selama dua hingga tiga jam setelah makan. Setelah itu, tubuh akan merombak cadangan energi dalam glikogen atau cadangan gula dan lemak.
Itu sebab, penting bagi para penderita gangguan metabolisme termasuk diabetes, memperhatikan hal berikut selama menjalankan puasa Ramadan.
1. Konsultasi dengan dokter
Konsultasi dengan dokter perlu dilakukan untuk mengecek kadar gula darah. Sebab ada beberapa kondisi di mana penderita diabetes tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Dokter akan memeriksa pasien, setelah mendapatkan hasil maka saran pun akan diberikan seperti soal pengaturan makanan, pemberian obat dan, peringatan agar pasien rutin mengecek gula darah secara mandiri. Apabila gula darah kurang dari 70 mg/dL (hipoglikemia) atau lebih 300 mg/dL (hiperglikemia), maka orang tersebut dianjurkan untuk membatalkan puasa.
Gejala awam yang dirasakan penderita diabetes hipoglikemia saat berpuasa adalah pusing, sakit kepala, rasa lapar berlebih, berkeringat dan sulit berkonsentrasi. Sedangkan untuk penderita hiperglikemia, penderita akan merasakan rasa haus berlebihan, suka buang air kecil dan, penglihatan menjadi buram.
2. Perhatikan kategori penderita diabetes
Dokter Juwalita juga menjelaskan, ada beberapa kategori diabetes yang dianjurkan untuk tidak mengikuti ibadah puasa Ramadan. Misal, pasien diabetes dengan hipoglikemia mengalami komplikasi akut selama tiga bulan terakhir atau pengidap diabetes level 1 dengan gula darah tidak terkontrol.
Orang dengan diabetes memiliki respons insulin yang tak sebaik orang sehat. Saat tubuh mencerna makanan, insulin akan bekerja untuk mengangkut gula ke dalam sel guna memproses metabolisme.
“Jika tetap berpuasa, insulin enggak efektif, lalu gula darah makin enggak terkontrol. Darah jenuh dengan gula, kemudian menarik cairan atau cair,” jelas Lita. Ia menambahkan, kondisi tersebut juga akan membuat pengidap diabetes mengalami dehidrasi akut. Apabila dibiarkan maka orang tersebut akan pingsan atau tak sadarkan diri.
3. Perhatikan jumlah
Pasien diabetes bisa saja mengonsumsi makanan apapun. Hanya saja jumlah makanan harus terkontrol. Misal, mengatur konsumsi kurma saat buka puasa. Sebaiknya hanya 1-2 butir atau 3 kurma berukuran kecil. Buah kurma memiliki indeks gula rendah sehingga aman untuk pasien diabetes.
4. Memilih jenis asupan
Saat berbuka tidak hanya asal makanan, tetapi juga harus memperhatikan kandungan gizi. Karbohidrat, protein, lemak, serat, serta mikro-nutrisi tetap harus tersaji saat berbuka puasa dan sahur.Orang diabetes memiliki masalah dengan metabolisme gula maka dari itu sumber karbohidrat perlu dicermati. Karbohidrat sebaiknya memenuhi 45-50 persen total kalori.
“Pilih sumber karbohidrat kompleks, sehingga gula lepas perlahan ke dalam darah,” kata Lita.
Karbohidrat kompleks dapat ditemukan pada sayur, buah, umbi, nasi merah dan jagung. Penderita diabetes harus menghindari karbohidrat olahan seperti mi, nasi putih dan sereal karena cepat menaikkan kadar gula darah.
Untuk protein, disarankan 20-30 persen dari total kalori. Protein nabati dan hewani harus seimbang. Protein nabati memiliki kandungan serat dan tinggi antioksidan, sedangkan protein hewani lebih mudah diserap tubuh.
Pengidap diabetes tak boleh melewatkan asupan lemak. Lemak tersaji sebaiknya kurang dari 35 persen dari kebutuhan kalori harian. Disarankan lemak tak jenuh seperti lemak ikan, minyak zaitun dan minyak nabati lainnya. Sedangkan mikro-nutrisi yang dimaksud adalah vitamin, mineral dan serat.
5. Jadwal asupan selama puasa
Tidak ada yang berbeda dengan asupan makanan pasien diabetes selama puasa dengan hari biasa. Hanya saja, jumlah dan jenis asupan yang masuk sedikit berbeda.Pada sahur wajib mengonsumsi sayur, buah atau kacang-kacangan. Diperlukan juga protein serta lemak.
Mengonsumsi serat, protein dan lemak membantu penderita diabetes menurunkan kadar gula darah dan membuat rasa kenyang tahan lama.Ada dua jenis serat yaitu serat larut dan serat tak larut. Serat larut membuat perut kenyang lebih lama dan menurunkan kadar kolesterol jahat, sedangkan serat tak larut mencegah konstipasi dan meningkatkan sensifitas insulin.
Saat berbuka pengidap diabetes disarankan untuk mengonsumsi makanan manis seperti buah dan kurma. Sementara itu teh manis tidak dianjurkan dikonsumsi.
Komposisi karbohidrat, protein, lemak dan mikro-nutrisi harus tersaji saat makan malam. Jika masih terasa lapar saat menjelang tidur, bisa memakan camilan yang mengandung serat.
6. Asupan cairan cukup
Asupan cairan selama puasa akan menjadi hal langka. Padahal orang yang memiliki penyakit diabetes berisiko dehidrasi. “Orang dengan diabetes berisiko dehidrasi. Sebab, saat gula darah tinggi, timbul rasa haus dan sering buang air kecil,” kata Lita. Saat berbuka puasa, minum segelas air mineral atau jus buah sembari menunggu kadar gula darah naik. Setelah itu minum kembali setelah hidangan berbuka.
Pada malam hari, asupan cairan bisa dipenuhi dengan empat gelas air mineral. Satu gelas sebelum makan malam, dua gelas setelah makan dan satu gelas saat menjelang tidur. Saat sahur dilanjutkan dengan dua gelas air mineral. Ditotal cairan yang masuk ke dalam tubuh bisa mencapai dua liter per hari.
Dengan memperhatikan dan menjalankan tips puasa bagi penderita diabetes, maka ibadah selama bulan Ramadan tidak akan terganggu. Pengidap diabetes bisa mengikuti kegiatan berpuasa bersama orang terdekat dengan aman. (***Red)