Advokatnews || Bekasi – Jika Anda sudah pernah singgah di Kabupaten Bekasi, kira-kira apa sih buah khas dari daerah Patriot itu? Nah, bagi kalian yang belum tahu, jawabannya adalah salak cisaat. Varian buah salak yang memiliki cita rasa berbeda ini tumbuh di Desa Kertarahayu, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Terdapat 20 hektar kebun salak yang tumbuh subur di kebun warga dan akan menjadi ikon baru wisata di Bekasi.
Salak cisaat bisa Anda nikmati sambil bersantai bersama keluarga di sejumlah saung yang disediakan oleh Pemerintah Desa setempat. Asyiknya lagi, pengunjung juga dapat memetik buah salak cisaat langsung dari pohonnya. Rasa yang dikeluarkan dari buah salak akan sangat segar, manis, dan sedikit asam.
Salah satu pemilik kebun salak cisaat yakni Mak Enjoh (62), menjual salak-salaknya dengan harga yang sangat murah meriah. Dengan Rp300, Anda sudah bisa menyantap segarnya buah salak cisaat sambil menikmati suasana khas perkampungan.
“Salak ini namanya salak cisaat, kalau yang lain jual satu bakul Rp50.000, kalau emak jual perbiji tiga ratus rupiah. Salak di sini tinggal ambil, gak ada musim tiap bulan juga ada salak,” ujar Mak Enjoh saat ditemui kilat.com di kebun salak miliknya, Sabtu (13/11/2021).
Salak cisaat yang menjadi buah-buahnan khas Bekasi ini berbeda dengan salak di wilayah lainnya. Salak cisaat memiliki beberapa jenis di antaranya salak togo, salak bagong, salak tembaga, dan salak masir. Keempat jenis salak tersebut memilik cita rasa manis dan asam, juga bertekstur renyah.
Pandi (28), salah satu pengunjung di kebun salak mengaku cukup puas mengajak keluarga bersantai sambil menikmati cita rasa buah salak. Selain dekat dengan kediamannya, destinasi wisata ini sangat cocok sebagai sarana bermain sambil mengedukasi anak-anak, mengingat lahan kebun yang tersedia cukup luas dan aman.
“Seneng, puas juga sih, sambil makan salak kita juga bisa ajak anak-anak main dan belajar mengenal buah Salak khas Bekasi,” ungkap Pandi.
Di tempat berbeda, Rudi Catur Pribadi, Kepala Desa Kertarahayu menjelaskan, wilayahnya termasuk dalam zona hijau sehingga jauh dari kebisingan pabrik dan bangunan tinggi. Selain itu, Desa Ketarahayu berperan sebagai paru-paru Kabupaten Bekasi yang notabenenya adalah kota industri terbesar di Asia Tenggara.
“Desa kita ini masuk zona hijau, jadi di sini tidak ada pabrik dan gedung bertingkat. Di sini masih banyak rumah adat dan yang paling utama adalah masih banyak kebun terutama kebun salak. Sektor pertanian menjadi wisata utama buat kami, selain salak masih banyak lagi buah buahan lainnya seperti mangga, kecapi dan rambutan,” kata Rudi.
Ia berharap, kedepannya kebun salak bisa jadi destinasi wisata keluarga di Kabupaten Bekasi. Saat ini, Pemerintah Desa Kertarahayu terus berbenah dan bersolek, guna mempersiapkan keunggulan sektor pertanian sebagai tujuan wisata. (Gibran)