Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Jakarta, Advookatnews – Menteri Kesehatan RI (2004-2009) Siti Fadilah Supari membuat Indonesia jadi sorotan internasional setelah menggalang dukungan negara-negara lain untuk menggugat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penanganan wabah flu burung H5N1 pada 2005.

Siti melawan dengan tidak mengirimkan spesimen virus yang diminta WHO. Dia tak terima penanganan wabah harus mengikuti standar Global Influenza Surveillance Network (GSIN) karena tidak transparan dan berisiko dijadikan sebagai komoditas monopoli perdagangan vaksin.

Upaya Siti membongkar dugaan konspirasi bisnis kesehatan dunia telah dituangkan ke dalam buku Saatnya Dunia Berubah (2008) disertai pemaparan literasi dan bukti-bukti data sepanjang dia jatuh-bangun menuntaskan wabah flu burung di Indonesia.

Buku tersebut berujung kontroversi. Salinan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris bahkan sempat dikabarkan ada yang menarik dari peredaran.

Terlepas dari polemik yang terjadi, Siti mendapat pengakuan dari dunia. Majalah The Economist di London, misalnya, menempatkan Siti sebagai tokoh yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak penyakit pandemik.

Menteri Kesehatan Indonesia itu, telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini, dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yakni transparansi,” tulis The Economist, 10 Agustus 2006 lalu.

Bagaimana Anda melihat peran WHO di balik penanganan pandemi covid-19?
Selepas masa jabatan sebagai menteri kesehatan, Siti dijerat kasus oleh KPK dalam perkara dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di kementerian yang sempat dia pimpin. Ditetapkan sebagai tersangka pada 2014, Siti baru masuk persidangan 2017 dan dijatuhi vonis 4 tahun penjara pada tahun yang sama.

Belakangan publik menggulirkan petisi agar Presiden Joko Widodo segera membebaskan Siti Fadilah karena sosoknya dibutuhkan negara dalam menghadapi wabah virus corona (covid-19) yang telah melumpuhkan dunia.

Kejanggalan sempat terjadi dalam upaya penggalangan petisi tersebut. Pada Kamis 16 April, petisi tersebut diberitakan tercatat sudah mendapatkan 42 ribu tanda tangan dari para warganet dan terus bergerak menuju angka 50 ribu. Namun pada Sabtu, 18 April 2020, tanda tangan di petisi tersebut tiba-tiba turun drastis menjadi 15 ribuan.

Siti, yang kini masih mendekam di Rutan Pondok Bambu, mewanti-wanti pemerintah agar tidak terbelenggu dengan tekanan dunia dalam menghadapi pandemi covid-19. Dia berharap pemerintah bisa lebih tangguh serta mandiri dalam menuntaskan wabah corona, dan dia pun yakin negara bisa menghadapinya.

Berikut petikan wawancara Siti Fadilah Supari yang dilakukan melalui korespondensi:

Apakah Anda pernah menduga sebelumnya bakal ada wabah lain setelah flu burung mereda? Mengapa demikian?

Ya, saya sangat menduga bahwa pandemik akan terjadi setelah pandemik avian flu atau flu burung H5N1. Karena dalam pandemik Flu Burung saya berhasil menyimpulkan berdasarkan data data yang valid bahwa ada konspirasi di balik pandemik Flu Burung (yang saya tulis di buku “SDB”).

Konspirasi utama yang harus ada adalah WHO dan konspirator lain adalah pihak-pihak industri farmasi yang akan menangguk keuntungan besar dari terjadinya pandemik.

Selama dua faktor itu masih merajai, maka pandemik tetap akan terjadi.

Facebooktwitterlinkedininstagramflickrfoursquaremail