Pangkalpinang, Advokatnews.com — MEHOA, seorang politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bangka Belitung, membuat heboh di media sosial Facebook dengan postingan yang kontroversial terkait kotak kosong. Ia menegaskan bahwa pendukung kotak kosong adalah orang-orang pesimis. “Kalau mau coblos kosong, coblos saja sendiri, tidak usah ngajak-ngajak orang,” tulis Mehoa.
Dalam unggahannya, Mehoa juga menyatakan komitmennya untuk memberikan edukasi tentang pentingnya mendukung pasangan calon Molen-Hakim di Pangkalpinang dan Mulkan-Ramadian di Bangka.
Postingan Mehoa mendapat beragam tanggapan dari netizen. Salah satunya, akun Ayak Bedincak II yang mengajak Mehoa untuk berdiskusi di rumah aspirasi kotak kosong. “Semoga ini bukan pernyataan kepanikan seorang ketua DPRD Bangka Tengah. Kami mengundang Ibu Mehoa untuk hadir berdiskusi,” tantangnya.
Menanggapi tantangan tersebut, Mehoa menyatakan bahwa ia perlu waktu untuk beristirahat. Ia meminta maaf jika pernyataannya melukai perasaan orang lain dan berharap untuk menjaga keseimbangan dalam berdiskusi.
Komentar dari netizen pun terus mengalir. Erwin Djalil menyebut Mehoa tidak memahami prinsip-prinsip demokrasi, sedangkan Zamran Zamzami dan Yolanda Adin menekankan bahwa kemenangan kotak kosong merupakan kemenangan rakyat. Akun Rizal Pradipta dengan tegas menantang Mehoa untuk segera berdiskusi di posko kotak kosong.
Tampaknya, situasi ini menciptakan ketegangan antara pendukung kotak kosong dan Mehoa, yang kini menghadapi tantangan untuk menjelaskan posisinya lebih lanjut.
Mehoa tampak dihadapkan pada dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan posisinya sebagai kader PDIP dan mendorong dukungan untuk calon-calon partainya. Di sisi lain, tantangan dari para pendukung kotak kosong semakin menguat, menuntutnya untuk terlibat dalam diskusi terbuka.
Dalam situasi ini, banyak netizen yang menekankan pentingnya dialog dalam demokrasi. Mereka berargumen bahwa demokrasi seharusnya melibatkan semua suara, termasuk mereka yang memilih kotak kosong sebagai bentuk protes terhadap calon tunggal.
Akun Rizal Pradipta dan yang lainnya terus menekankan pentingnya Mehoa memenuhi janjinya untuk berdiskusi. Mereka meminta agar Mehoa tidak menghindar dan bersikap transparan dengan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin kritis dan menuntut keterlibatan aktif dari para politisi.
Mehoa, dalam menghadapi tekanan ini, mungkin perlu mempertimbangkan untuk menghadiri diskusi tersebut. Mengabaikan tantangan ini bisa berdampak negatif terhadap citranya di mata publik dan membuatnya terlihat tidak terbuka terhadap kritik.
Dengan situasi yang semakin panas, semua mata kini tertuju pada Mehoa dan tindak lanjutnya. Akankah ia berani mengambil langkah untuk berdialog, atau justru memilih untuk tetap dalam zona nyamannya? Waktu lah yang akan menjawab @ Zen Adebi.