Advokatnews
Penulis : Habib Ahmad Yazdi R Alaydrus,SH
(Kepala Advokasi Majlis Dzikir RI 1 Jawa Barat)
Demi Allah saya mau katakan, kaum guru honorer adalah makhluk yang paling menderita di Indonesia,
Saya masih melihat mereka yang mendapatkan honor 200-500 dikabupaten Sukabumi perbulan jauh dari kata pantas, sarjana-sarjana pendidikan yang harus berjibaku dengan regulasi untuk bisa mendapatkan gaji yang layak, ditengah kenyataan yang mereka hadapi. mereka tetap masih memberikan peluh pengabdian yang paripurna untuk mencerdaskan anak bangsa.
Istri saya berprofesi sebagai guru dan Alhamdulillah masih guru honorer, dia mengajar sebagai guru fisika di salah satu sekolah swasta di kabupaten Sukabumi, gaji nya jauh lebih rendah dari pembantu yang membantu mencuci dan setrika dirumah saya,
Saya katakan sama istri saya, kamu mengajar bukan untuk kerja, tapi ibadah !! Karena dari sana kamu dapatkan kemuliaan.
Dibalik ceritanya yang kembali dirumah, dia banyak mengisahkan bagaimana teman-teman guru honorernya yang harus berjibaku dengan hidup dan mengajar, bagaimana mereka harus tetap mengajar, bahkan terkadang bingung untuk hanya sekedar makan,segala kepiluan menghiasi perjalanan guru honorer, sementara teriakan dan jeritan kaum guru honorer dinegeri ini bak iklan sabun mandi hanya sekedar lewat, tidak begitu seksi karena tidak memiliki daya gedor politik karena dibanding kaum buruh, guru honorer ini adalah kaum minoritas.
Diindonesia kalau anda tidak menjadi barisan yang memberikan kontribusi untuk isu politik, maka suara anda hanya pecah bagai iklan sabun mandi, tidak hangat dan tidak membekas bagi pemimpin negeri dan pemangku kebijakan. Saya menulis ini bukan karena tidak pro terhadap buruh tapi saya membaca arah angin politik tentang siapa yang mendapatkan keuntungan dari gerakan ini.
Toh buruh punya hari buruh sebagai momentum untuk membicarakan kembali hajat hidupnya, namun suaranya kali ini pecah sampai sudut-sudut jalan, sementara guru honorer sebagai kaum yang paling terdzolimi di negri ini hanya menjadi hiasan meja dibalik kelakar kekuasaan.
Di ujung pena saya ucapkan selamat hari guru honorer nasional,
Selamat atas durhakanya para pemimpin negeri
Selamat atas matinya akal sehat
Selamat atas mereka yang punya hari nasional.
~Habib Ahmad Yazdi R Alaydrus,SH
(Red)