Oleh : AHMADI SOFYAN
14 Februari, ungkapkan cinta dan kasih sayang pada INDONESIA dengan memilih di TPS. Berikan kecintaan dan kasih sayang itu dengan menentukan pilihan bahwa yang Anda pilih adalah orang yang baik untuk Daerah dan untuk INDONESIA.
SEMASA duduk di Madrasah Tsanawiyah (MTs), saya sudah mulai menyukai dan disukai lawan jenis, tapi sekedar suka dengan senyam-senyum saja, paling jauh, ya surat-suratan. Pasti diawal surat ada pantun “Bandung dulu baru Jakarta, senyum dulu baru dibaca”. Padahal masa itu, belum pernah ke Bandung dan Jakarta sama sekali. Maklum orang pelosok, naik kendaraan roda empat saja adalah kebahagiaan tiada tara, apapagi kalau ke Jakarta & Bandung dengan pesawat, bisa-bisa diantar jemput orang sekampung.
Diakhir surat, pasti juga ditutupi pantun lagi: “Empat kali empat sama dengan enam belas, sempat gak sempat harap dibalas”. Ini pemaksaan mutlak, wong orang gak sempat kok maksa dibalas. Inilah namanya anugerah cinta monyet, entah monyet beneran yang dikenal binatang serakah & nakal, apakah hanya istilah saja. Saya khawatir jangan-jangan gara-gara istilah “cinta monyet” ini, ketika dewasa orang Indonesia jadi nakal dan serakah. Sebab dimasa remaja saja sudah disebut cinta monyet. Padahal monyet mana mengenal cinta yang begitu suci.
Setamat dari Tsanawiyah, saya tak mengenal cinta pada lawan jenis sebagaimana kawan-kawan se-usia saya lagi galak-galaknya jatuh cinta. Maklumlah, di usia remaja saya harus mendekam dalam “tahanan suci” bernama Pesantren. Lawan jenis (perempuan susah dilihat apalagi ditemui). Awal masa kuliah sudah mulai lirik sana sini, mencari lawan jenis yang ditaksiri, tapi selalu gak meyakinkan. Saat itu cewek yang saya taksiri berbeda keyakinan. Saya yakin dia cocok sama saya, sedangkan dia gak yakin cocok sama saya. Jadi beda keyakinan, kan?
14 Februari, dikenal sebagai Hari Kasih Sayang. Sumpah! saya sama sekali gak mengenal itu. Pertama kali tahu bahwa 14 Februari adalah Hari Kasih Sayang yakni awal kuliah di Kota Malang Jawa Timur (Tahun 2000). Hari itu, saya diajak kawan-kawan (semuanya cowok) pergi ke pasar Spelendid Malang, sebuah pasar legendaris menjual binatang dan tumbuhan-tumbuhan (bunga). Teman-teman masing-masing membeli setangkai bunga mawar, untuk diberikan kepada pacar masing-masing. Saya bingung, gak ada pasangan, mau diberikan ke siapa? Akhirnya saya pun terpaksa membeli walau tak tahu sama sekali harus diberikan kepada siapa. Cewek yang saya taksiri, itu tadi berbeda keyakinan dan sudah ditolak halus sehalus makhluk halus. Selalu ada bersama (setiap hari berjumpa) tapi gak jadian. Akhirnya setangkai bunga mawar merah itu saya taruh di kamar kost saja. Malamnya kawan-kawan ramai mendatangi pasangan masing-masing, tentu membawa setangkai mawar merah yang dibeli. Saya bingung, kepada siapa mawar yang sudah dibeli ini harus kuserahkan? Akhirnya saya pinjam motor kawan, saya jemput paksa cewek yang berbeda keyakinan itu untuk bisa sebentar saja ke kost saya. Dengan kemampuan “ngoceh” akhirnya sang cewek mau. Sesampai di kost, saya jelaskan dengan jujur asal muasal setangkai bunga mawar merah di dalam kamar. Lalu kepadanya saya berkata sambil saya serahkan bunga tersebut: “Karena gak ada orang lain yang bisa saya serahkan ini, Mak saya nun jauh di Pulau Bangka, Ibu Kost udah mati, yang tinggal cuma Bapak Kost, lalu Ibu tua penunggu kantin di kampus kita saya gak tahu rumahnya, jadi bunga mawar ini saya kasih kamu aja. Happy valentine…”. Cewek itu tersenyum seperti menahan tawa. Maklum, ini pertama kali saya tahu Valentine’s Day (14 Februari) dan ini the first and the last saya ikut-ikutan merayakan Valentine’s Day.
Masih menahan tawa dengan senyum lebar, sang cewek ini tiba-tiba ngomong: “Kamu memang serius kemaren itu ngungkapin cinta ke saya?”. Gilanya mendapat pertanyaan itu saya malah menjawab: “Awalnya sih gak serius, tapi setelah kamu tolak saya jadi serius” jawaban yang mungkin gak ia perkirakan. “Awalnya kemaren saya nolak, tapi setelah kejadian malam ini, saya terima”. Ujarnya, membuat saya tertawa dan malam itu resmi, walau tetap berbeda keyakinan. Sebab kali ini saya yang nggak yakin lagi.
14 Februari, disebutkan Hari Kasih Sayang oleh kalangan anak muda yang identik dengan percintaan antar pasangan. Tahun 2024 ini, tanggal 14 Februari harusnya menjadi sejarah sebagai Hari Kasih Sayang untuk INDONESIA.
Memilih Karena Cinta INDONESIA
GOLPUT bukan hanya tidak bertanggungjawab sebagai warga negara, tapi juga bisa menipiskan rasa nasionalisme pada tanah air. Apapun alasannya, Golput sama saja dengan keputusasaan. Ibaratnya dalam dunia percintaan, patah hati yang tak berkesudahan karena cinta bertepuk sebelah tangan.
Memilih seseorang baik itu Caleg maupun Capres/Cawapres bukan sekedar menang atau kalah, kuat atau lemah, tapi keyakinan kita bahwa pilihan tersebut dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik, lebih benar, pengelolaan kekayaan alam lebih tepat, oligarki tak melulu dapat tempat, rakyat jangan hanya dijadikan alamat, dimata internasional Indonesia harus dihormati karena sang lemimpinnya cerdas & berwibawa. Sebagaimana ketika kita mengungkapkan & menumpahkan cinta dan kasih sayang pada seseorang, pastinya banyak alasan, namun yang dipastikan alias mutlak bahwa kehadiran dirinya hingga kita jadikan pilihan karena kita yakin bahwa dia yang terbaik.
14 Februari, ungkapkan kecintaan dan kasih sayang pada INDONESIA dengan memilih di TPS. Berikan kecintaan dan kasih sayang itu dengan menentukan pilihan bahwa yang Anda pilih adalah orang yang baik untuk Daerah dan untuk INDONESIA. Memilih bukan karena emosi, karena ada yang diberi, ada ungkapan janji, karena keluarga sendiri atau karena hal lain yang justru memperburuk demokrasi dan pembangunan INDONESIA. Ketika cinta dan kasih sayang untuk INDONESIA, percayalah, hati nurani yang memilih dengan jujur, tak peduli pada yang diberi atau dijanji, sebab di TPS tak ada CCTV.
Mari ke TPS bermodalkan cinta & kasih sayang pada INDONESIA, bukan kepada calonnya!
Salam Memilih!!!
Kebun Tepi Sungai, 13/02/2024
AHMADI SOFYAN, akrab disapa Atok Kulop. Sosok kritis plus judes ini banyak habiskan waktunya di Kebun Tepi Sungai nan jauh dari hiruk pikuk kota. 80-an buku telah ia terbitkan & 1.000-an opininya dimuat diberbagai media online & cetak.